Shutterstock
IlustrasiTERKAIT:
KOMPAS.com — Setelah satu atau dua bulan virus HIV memasuki tubuh, 40-90 persen orang yang terinfeksi mengalami gejala yang mirip dengan gejala flu yang disebut acute retroviral syndrom (ARS). Meski begitu, gejala terinfeksi HIV bisa tak terdeteksi sampai bertahun-tahun kemudian.
"Pada tahap awal infeksi HIV biasanya justru tidak ada gejala. Oleh karena itu, jika kita masuk dalam kelompok berisiko, maka lebih baik memeriksakan diri," kata Michael Horberg, Direktur HIV/AIDS Kaiser Permanente di Oakland, California.
Berikut adalah gejala-gejala yang sering dialami oleh orang yang positif terinfeksi HIV.
Demam
Salah satu gejala ARS adalah demam ringan dengan suhu tubuh mencapai 38 derajat celsius. Gejala demam ini sering diikuti dengan gejala ringan lainnya, seperti kelelahan, sakit tenggorokan, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
"Pada fase ini virus berpindah ke peredaran darah dan mulai mereplikasi dalam jumlah banyak. Oleh karena itu, terjadi reaksi inflamasi oleh sistem imun tubuh," kata Carlos Malvestutto, instruktur penyakit infeksi dan imunologi dari New York School of Medicine.
Kelelahan
Respons inflamasi dalam tubuh juga bisa menyebabkan perasaan lelah dan kehabisan energi. Gejala ini bisa timbul pada awal atau beberapa tahun kemudian.
Nyeri otot
Gejala ARS juga sering didiagnosis sebagai infeksi virus, influenza, mononucleosis, bahkan hepatitis dan sifilis. Hal ini tidak mengherankan karena banyak gejala yang mirip, termasuk nyeri pada otot dan persendian.
Pembengkakan kelenjar getah bening juga lazim terjadi karena kelenjar ini merupakan bagian dari sistem imun yang akan mengalami peradangan jika terjadi infeksi. Kelenjar getah bening banyak terdapat di ketiak, paha, juga leher.
Ruam kulit
Ruam pada kulit berupa bercak kemerahan bisa timbul pada awal atau tahap akhir terjadinya HIV/AIDS. Bila munculnya ruam ini tidak bisa dijelaskan dan Anda termasuk orang yang berisiko tinggi tertular HIV, segera lakukan tes.
Mual, muntah, dan diare
Menurut dr Malvestutto, 30-60 persen orang mengalami gejala singkat mual, muntah atau diare pada awal terjadinya infeksi HIV. Namun, gejala-gejala ini juga bisa muncul akibat terapi antiretroviral dan infeksi tahap lanjut.
Berat badan turun
Penurunan berat badan (BB) merupakan tanda perburukan penyakit dan juga karena diare berat. "Jika penurunan BB sudah terjadi, berarti sistem imun sudah kehabisan tenaga. Namun, berkat terapi antiretroviral, gejala ini sudah jarang," kata Malvestutto.
Seseorang yang mengalami sindrom AIDS wasting biasanya kehilangan 10 persen atau lebih dari berat badan mereka, serta menderita diare atau kelelahan dan demam lebih dari 30 hari.
Batuk kering
Beberapa orang yang positif HIV juga mengalami batuk kering yang berlangsung berminggu-minggu dan terus memburuk.
Radang paru
Batuk dan badan yang mengurus mungkin juga akibat infeksi serius yang disebabkan oleh kuman. Bila sistem imun kita dalam kondisi baik, maka kuman ini tak menyebabkan masalah.
"Ada banyak infeksi oportunis yang berbeda-beda pada orang dengan HIV. Salah satunya pneumonia AIDS, toksoplasma, herpes, dan juga infeksi jamur," katanya.
Berkeringat pada malam hari
Sebagian besar orang di awal tahap infeksi HIV berkeringat pada malam hari, yang tidak terkait dengan suhu ruangan. Gejala ini memburuk pada tahap lanjut dari infeksi.
Perubahan pada kuku
Pasien dengan sistem kekebalan terganggu, seperti AIDS, lebih rentan terkena infeksi jamur. Infeksi ini juga menyebabkan perubahan pada kuku, seperti mudah patah, rapuh, dan juga perubahan pada warna.
Infeksi jamur
Infeksi jamur yang sering dialami di tahap infeksi HIV lanjut adalah semacam sariawan di mulut yang disebabkan oleh jamur candida. Pasien yang mengalami sariawan parah ini kesulitan untuk menelan dan sulit disembuhkan.
Kebas dan rasa kesemutan
Infeksi HIV pada tahap lanjut bisa menyebabkan rasa kebas dan sensasi geli pada tangan dan kaki. Gejala ini disebut juga peripheral neuropathy, yang juga muncul pada pasien diabetes yang tidak terkontrol. Gejala ini timbul karena saraf sudah rusak.
Haid tak teratur
Infeksi HIV juga bisa menyebabkan siklus menstruasi terganggu, seperti haid lebih sedikit atau tidak teratur. Gangguan ini lebih disebabkan penurunan berat badan daripada infeksi HIV itu sendiri.
"Pada tahap awal infeksi HIV biasanya justru tidak ada gejala. Oleh karena itu, jika kita masuk dalam kelompok berisiko, maka lebih baik memeriksakan diri," kata Michael Horberg, Direktur HIV/AIDS Kaiser Permanente di Oakland, California.
Berikut adalah gejala-gejala yang sering dialami oleh orang yang positif terinfeksi HIV.
Demam
Salah satu gejala ARS adalah demam ringan dengan suhu tubuh mencapai 38 derajat celsius. Gejala demam ini sering diikuti dengan gejala ringan lainnya, seperti kelelahan, sakit tenggorokan, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
"Pada fase ini virus berpindah ke peredaran darah dan mulai mereplikasi dalam jumlah banyak. Oleh karena itu, terjadi reaksi inflamasi oleh sistem imun tubuh," kata Carlos Malvestutto, instruktur penyakit infeksi dan imunologi dari New York School of Medicine.
Kelelahan
Respons inflamasi dalam tubuh juga bisa menyebabkan perasaan lelah dan kehabisan energi. Gejala ini bisa timbul pada awal atau beberapa tahun kemudian.
Nyeri otot
Gejala ARS juga sering didiagnosis sebagai infeksi virus, influenza, mononucleosis, bahkan hepatitis dan sifilis. Hal ini tidak mengherankan karena banyak gejala yang mirip, termasuk nyeri pada otot dan persendian.
Pembengkakan kelenjar getah bening juga lazim terjadi karena kelenjar ini merupakan bagian dari sistem imun yang akan mengalami peradangan jika terjadi infeksi. Kelenjar getah bening banyak terdapat di ketiak, paha, juga leher.
Ruam kulit
Ruam pada kulit berupa bercak kemerahan bisa timbul pada awal atau tahap akhir terjadinya HIV/AIDS. Bila munculnya ruam ini tidak bisa dijelaskan dan Anda termasuk orang yang berisiko tinggi tertular HIV, segera lakukan tes.
Mual, muntah, dan diare
Menurut dr Malvestutto, 30-60 persen orang mengalami gejala singkat mual, muntah atau diare pada awal terjadinya infeksi HIV. Namun, gejala-gejala ini juga bisa muncul akibat terapi antiretroviral dan infeksi tahap lanjut.
Berat badan turun
Penurunan berat badan (BB) merupakan tanda perburukan penyakit dan juga karena diare berat. "Jika penurunan BB sudah terjadi, berarti sistem imun sudah kehabisan tenaga. Namun, berkat terapi antiretroviral, gejala ini sudah jarang," kata Malvestutto.
Seseorang yang mengalami sindrom AIDS wasting biasanya kehilangan 10 persen atau lebih dari berat badan mereka, serta menderita diare atau kelelahan dan demam lebih dari 30 hari.
Batuk kering
Beberapa orang yang positif HIV juga mengalami batuk kering yang berlangsung berminggu-minggu dan terus memburuk.
Radang paru
Batuk dan badan yang mengurus mungkin juga akibat infeksi serius yang disebabkan oleh kuman. Bila sistem imun kita dalam kondisi baik, maka kuman ini tak menyebabkan masalah.
"Ada banyak infeksi oportunis yang berbeda-beda pada orang dengan HIV. Salah satunya pneumonia AIDS, toksoplasma, herpes, dan juga infeksi jamur," katanya.
Berkeringat pada malam hari
Sebagian besar orang di awal tahap infeksi HIV berkeringat pada malam hari, yang tidak terkait dengan suhu ruangan. Gejala ini memburuk pada tahap lanjut dari infeksi.
Perubahan pada kuku
Pasien dengan sistem kekebalan terganggu, seperti AIDS, lebih rentan terkena infeksi jamur. Infeksi ini juga menyebabkan perubahan pada kuku, seperti mudah patah, rapuh, dan juga perubahan pada warna.
Infeksi jamur
Infeksi jamur yang sering dialami di tahap infeksi HIV lanjut adalah semacam sariawan di mulut yang disebabkan oleh jamur candida. Pasien yang mengalami sariawan parah ini kesulitan untuk menelan dan sulit disembuhkan.
Kebas dan rasa kesemutan
Infeksi HIV pada tahap lanjut bisa menyebabkan rasa kebas dan sensasi geli pada tangan dan kaki. Gejala ini disebut juga peripheral neuropathy, yang juga muncul pada pasien diabetes yang tidak terkontrol. Gejala ini timbul karena saraf sudah rusak.
Haid tak teratur
Infeksi HIV juga bisa menyebabkan siklus menstruasi terganggu, seperti haid lebih sedikit atau tidak teratur. Gangguan ini lebih disebabkan penurunan berat badan daripada infeksi HIV itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar